CATEGORY

Action (7) Adventure (4) Animation (5) Fantasy (2) FAQ (1) Horror (1) How To (1) Humor (1) info (25) Movie (25) Mystery (1) news (31) SciFi (2) tecno (1) unic (1) War (2)

Rabu, 12 Mei 2010

Menembus Pandang ke Tahun 2030




Sosok tahun 2030, apalagi tahun 2050
,
belum tersingkap jelas, tetapi sejumlah negara tampak bergegas melakukan antisipasi. Ada apa dengan tahun 2030 atau tahun 2050?

Dengan mengandalkan ketajaman imajinasi dan visi, perkembangan dan tingkat kemajuan tahun 2030 atau tahun 2050 mulai diproyeksikan secara meyakinkan. Gambaran tentang perkembangan dan kemajuan tahun 2030 atau tahun 2050 sebenarnya belum jelas.
Makna angka 2030 atau 2050 secara matematis mungkin tidak terlalu penting lagi.

Jauh lebih penting sebenarnya bagaimana bangsa-bangsa di dunia mulai mempersiapkan diri dalam menghadapi perkembangan satu generasi ke depan, yang diproyeksikan sampai tahun 2030.

Imajinasi dan visi tentang perkembangan tahun itu telah memengaruhi dan membentuk pikiran, perilaku, dan pergulatan berbagai bangsa di dunia terhadap masa depan yang menjanjikan perubahan besar.

Dari balik rongga gelap ketidakjelasan tahun 2030, seakan muncul kekuatan magnetik luar biasa yang menggerakkan pikiran, perhatian, perasaan, dan tindakan banyak bangsa. Banyak negara dan bangsa seolah dibuat gelisah, seolah tidak sabar menunggu datangnya era baru dalam satu generasi mendatang.

Bagaimanakah sesungguhnya realitas dunia tahun 2030, yang menggetarkan dan mengerakkan banyak bangsa? Lebih khusus lagi, bagaimanakah nasib bangsa Indonesia pada tahun itu?

Tanda-tanda perkembangan tahun 2030 atau tahun 2050 bagi banyak negara sudah mulai dirasakan sekarang ini. Tidaklah mengherankan, sejumlah negara tergerak memacu percepatan kemajuannya, berlari tunggang langgang, meraih kemajuan di dunia yang digambarkan semakin datar, the world is flat.

Tanpa membiarkan mata terpejam sedikit pun, konsentrasi diarahkan ke depan untuk menatap tujuan hidup yang lebih baik, yang menjamin kesejahteraan hidup, kemerdekaan individu, perlindungan hak asasi dan demokrasi. Tidak sedikit bangsa gamang menghadapi tantangan dalam menggapai masa depan yang lebih baik, tetapi lebih rumit.

Modal persiapan

Sejumlah negara dinilai telah memiliki modal dan pijakan kuat untuk menggapai kemajuan tahun 2030 atau tahun 2050. China, misalnya, disebut-sebut akan menjadi kekuatan ekonomi nomor satu di dunia pada tahun 2050.

Kepemimpinan yang kuat dan berwibawa, ditambah etos kerja yang tinggi, telah mendorong China melesat maju. Angka-angka pertumbuhan ekonomi sangat menggiurkan dari tahun ke tahun, lebih-lebih dalam tiga dasawarsa terakhir.

Sodokan kemajuan ekonomi China diperkirakan akan menggeser posisi AS ke posisi kedua, sementara India menikung mengambil posisi ketiga. Uni Eropa akan berada di urutan keempat dan Jepang pada posisi kelima.

Berbagai ramalan menyebutkan China akan kedodoran, tetapi lebih banyak orang berkeyakinan tentang kembalinya kejayaan ekonomi China yang pernah diraih di abad ke-19.

Keberadaan dunia tahun 2030 digambarkan akan ditandai oleh perkembangan teknologi luar biasa. Perekonomian akan dipengaruhi oleh teknologi informasi, teknologi material, genetika, dan teknologi energi.

Perkembangan luar biasa ini dipicu oleh nanoteknologi, teknologi yang berbasis nano. Satuan nano sangatlah kecil. Satu nanometer sama dengan seperlima puluh ribu (1/50.000) tebal rambut.

Sekalipun ukurannya sangatlah kecil, kemampuan nanoteknologi sangat dahsyat seperti dapat mengutak-atik molekul untuk memperoleh produk baru yang mengubah dunia.
Peran besar yang diambil alih oleh teknologi berbasis nano cenderung meningkat tajam.

Nanoteknologi diperkirakan akan menguasai dunia mulai tahun 2013.
Penggunaan teknologi berbasis nano akan memecahkan berbagai persoalan kemanusiaan seperti dalam bidang kesehatan dan pangan. Bahkan diramalkan, persoalan pangan tidak akan menjadi masalah lagi. Orang boleh makan apa saja, tidak khawatir sakit. Penyakit turunan disembuhkan. Orang buta melihat, dan orang tuli mendengar.

Hanya bangsa dan negara yang memiliki kemampuan menguasai teknologi tinggi dan canggih akan mengambil manfaat. Bangsa-bangsa yang tidak mampu mengantisipasi akan terus terpuruk, tetap berada di pinggiran dari panggung dunia yang menghadirkan kemajuan.
Pada lapisan yang lebih dalam sangat diperlukan sumber daya manusia yang andal, yang mampu menguasai perkembangan dan kemajuan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan manusia.

Arah perkembangan kemajuan setiap bangsa akan sangat tergantung pada kemampuan menyiapkan sumber daya manusia yang unggul dan andal. Maka bisa terjadi, negara yang sudah maju akan bertambah maju, atau sebaliknya. Negara yang tidak maju bisa menjadi maju, atau malah semakin terpuruk.

Sejarah memperlihatkan, banyak negara yang kejayaannya meredup bahkan hancur seperti dalam kasus Imperium Roma, Inca dan Aztek, atau Ottoman Turki.

Juga dapat dijadikan ilustrasi, Kamboja tahun 1200 termasuk negara kaya di dunia. Tahun 1500, Peru dan Meksiko mencengangkan. Tahun 1960-an, Lebanon dianggap Swiss-nya Timur Tengah dan Uganda Swiss-nya Afrika. Sekarang, ke mana mereka?

Tahun 1800, Amerika Serikat lebih miskin daripada Kuba dan Argentina, tetapi AS kini menjadi begitu kaya. Kenapa? Tahun 1960-an Jepang adalah negara miskin, dan barang-barang bikinannya sangat dihina. Namun, kini semua mengakui Jepang sebagai negara hebat. Mengapa?

Jawabannya, negara-negara itu sangat memerhatikan dan mengoptimalkan kemampuan sumber daya manusia. Negara yang kurang memerhatikan pengembangan sumber daya manusia melalui proses pendidikan yang baik akan mudah kedodoran.

Ketajaman pikiran dan analisis sebagai salah satu hasil pendidikan akan mendorong penguatan visi yang berjangkauan jauh ke depan sampai ke tahun 2030, bahkan ke tahun 2050.
Dalam menghadapi tantangan masa depan itu, orang tidak cukup lagi hanya masuk ke dalam, melihat kemampuan diri, tetapi juga menengok ke luar dengan memerhatikan kekuatan bangsa-bangsa lain. Kompetisi tidak terhindarkan.

Pergerakan ke depan akan berlangsung dalam semangat kompetisi tinggi. Pasti ada yang terempas dan tak sampai. Bangsa yang kehilangan gairah akan kehabisan tenaga dan akan tertinggal jauh di belakang.

Bangsa-bangsa yang hidup dari oportunitas kekinian dan berpikiran pendek dengan mengandalkan the art of the possible belaka akan cepat kehilangan napas menghadapi perjalanan jauh ke depan.

Maka, yang diperlukan imajinasi dan visi yang kuat ke masa depan, yang harus diikat dalam komitmen kerja sebagai agenda yang konkret dan jelas. Tidak kalah pentingnya peran pemimpin dan kepemimpinan, yang memberikan arahan dan kawalan terhadap proses perubahan agar masa depan lebih baik ketimbang masa kini.

Namun, jelas pula, pilihan-pilihan besar dan strategis tidaklah muncul dari ketajaman pikiran para politisi, melainkan dari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan menguasai pengetahuan dan teknologi, bangsa Indonesia dapat melangkah maju bersama bangsa-bangsa lain.

Apa pun tantangannya, Indonesia tidak bisa melangkah mundur lagi atau kembali ke masa lampau karena harus menemukan solusi baru dalam mengatasi berbagai persoalan masa depan.

Tentu saja Indonesia belum kehabisan seluruh potensinya untuk melakukan perbaikan dan perubahan. Sejarah telah memberikan sejumlah tugas khusus kepada bangsa dan negara Indonesia untuk melakukan transformasi yang berjangkauan jauh ke depan.



Saturday, May 16, 2009

Rahasia Sekolah Bermutu, Murah, dan Menyenangkan!



SMP Alternatif Qaryah Thayyibah
Rahasia Sekolah Bermutu, Murah, dan Menyenangkan

Kompas, Rabu, 23 Maret 2005


BILA pada umumnya anak-anak
merasa bergembira bila sekolah libur atau pulang lebih awal, siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah di Desa Kalibening, Salatiga, Jawa Tengah, justru paling susah bila disuruh pulang dari sekolah. Padahal, jam belajar di SMP Alternatif Qaryah Thayyibah lebih panjang dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain.


MASUK enam hari dalam seminggu, sekolah itu dimulai pada pukul 06.00 dan baru berakhir pada pukul 13.30. Jam belajar di sekolah yang cukup panjang itu rupanya belum cukup memuaskan bagi murid-murid sekolah itu.


Pulang sekolah, usai makan siang di rumah, anak-anak itu biasanya kembali ke sekolah. Di sekolah mereka bisa bermain, membuka internet, berlatih musik, atau belajar. Sekolah tidak pernah tutup. Tidak jarang anak-anak itu berada di sekolah hingga larut malam atau bahkan menginap di sekolah.


Bersekolah merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Di sekolah, mereka bisa belajar sambil bermain. Mereka bahkan bisa mengerjakan soal-soal Matematika sambil bersenda gurau. Mereka bebas duduk di kursi atau di lantai. Bila lebih dahulu selesai, mereka bisa saja bermain monopoli di dalam kelas.


Bosan belajar di dalam kelas, mereka bisa mengusulkan kepada gurunya agar belajar di alam terbuka. Dalam interaksi semacam itu, antara guru dan murid seperti kawan sendiri. Guru-guru yang mengajar di Qaryah Thayyibah tidak pernah marah kepada murid-muridnya. Suasana belajar-mengajar di sekolah itu tidak pernah menegangkan. Bahkan, suasana belajar yang mereka bangun-baik di kelas maupun di alam terbuka-itu lebih mirip taman bermain ketimbang sebuah SMP.

"Sekolah di sini menyenangkan. Prestasinya banyak. Guru-gurunya sangat peduli. Kalau kami usul, langsung ditanggapi," kata Mustaghis Hilmy (14), siswa kelas II SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.
Rumah Hilmy adalah sekolah Hilmy. Ia merupakan anak pertama Bahruddin, pemimpin SMP Alternatif Qaryah Thayyibah.

Sekolah yang terdiri atas dua kelas dengan 24 anak itu menempati ruang depan rumah Bahruddin. Ruang itu sebelumnya dipergunakan sebagai Sekretariat Organisasi Tani Qaryah Thayyibah. Lokasi sekolah yang berada di dalam lingkungan desa membuat anak-anak tersebut tidak perlu jauh-jauh ke kota untuk belajar. Ketika pada pukul 06.00, saat anak-anak lainnya masih harus menempuh perjalanan ke sekolah, siswa SMP Alternatif Qaryah Thayyibah sudah berada di kelas untuk belajar Bahasa Inggris.


Kedekatan sekolah dengan rumah juga memungkinkan anak-anak petani sederhana itu memanfaatkan ongkos transportasi untuk kredit komputer, gitar, kamus, dan makanan bergizi. Tiap pagi anak-anak itu sarapan di sekolah. Selain itu, mereka juga memperoleh dua kali makanan kecil dan segelas susu madu. Pengelolaan sarapan dan makanan tambahan itu diserahkan kepada Mbok Laminah (53), penjual bubur yang tinggal di dekat sekolah.

"Nggih kulo mung bathi tumut nedi. Nek nombok nggih sering nombok," kata Mbok Laminah. Kata Laminah, ia merasa beruntung bisa ikut makan tiap hari meski tidak jarang untuk menyediakan sarapan dan makanan tambahan bagi anak-anak SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, ia harus nombok.


Agak berbeda dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Pagi itu menu sarapan dengan lauk sayur daun singkong, tempe, dan bonus "rolade" yang ternyata berupa daun singkong goreng. Menu itu dibuat sendiri oleh anak-anak, sekaligus untuk mempraktikkan pengetahuan nutrisi yang menjadi kurikulum muatan lokal sekolah itu. Pelajaran nutrisi dan kesehatan diberikan oleh seorang dokter yang tinggal di desa tersebut.


SMP Alternatif Qaryah Thayyibah merupakan pengembangan dari konsep bersekolah di rumah, yang dalam istilah bahasa Inggrisnya populer disebut home schooling.
Sekolah di rumah sebetulnya mengandung sejumlah kelemahan, di antaranya anak kurang berinteraksi dengan kawan sebayanya. Sekolah di rumah akan semakin rumit ketika anak makin besar yang membuat orangtua tidak mampu lagi mengajarkan pelajaran sesuai usianya.
Kelemahan ini ditangkap oleh kalangan bisnis yang kemudian menawarkan jasa les privat atau kelompok belajar bersama. Dalam pola belajar semacam ini, sekolah di rumah pada akhirnya hanya akan dinikmati oleh mereka yang berkantong tebal.


Kekurangan-kekurangan itu bisa ditutupi dalam sistem sekolah yang ditawarkan oleh SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Di sini sekolah di rumah dikembangkan menjadi sekolah komunitas. Pada dasarnya anak-anak itu belajar bersama di sebuah rumah dengan didampingi oleh pembimbing.


Kompetensi formal seorang guru bukan menjadi syarat mutlak karena yang penting mentor menguasai materi yang diajarkannya. Dengan cara ini, anak-anak tetap bisa belajar dalam suasana keluarga, murah, dan kualitasnya pun terjaga.


Secara formal, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah tercatat sebagai SMP terbuka. Menurut Bahruddin, dengan status tersebut, lulusan SMP Alternatif Qaryah Thayyibah bisa mendapatkan ijazah formal SMP seperti halnya siswa SMP reguler lainnya.
Bahruddin sengaja memilih menggunakan kurikulum nasional dalam pengajarannya. Pilihan itu berdasarkan alasan praktis. Menyusun kurikulum sendiri, kata Bahruddin, bukan hal yang gampang. Lagi pula, bila sekolah membuat kurikulum sendiri, belum tentu ada yang mau di sekolah itu. Dengan memakai kurikulum nasional, anak-anak tersebut dapat memperoleh ijazah yang dikeluarkan pemerintah. Kualitas sekolah juga akan diakui bila murid-muridnya dapat mengerjakan soal-soal tes sesuai dengan kurikulum nasional dengan nilai yang baik.
"Sebelum mampu betul menyusun kurikulum, kami memilih menggunakan kurikulum pemerintah. Mungkin 15 tahun lagi kami baru mampu membuat kurikulum sendiri," kata Bahruddin.


LANTAS, bila SMP ini menyebut dirinya sebagai sekolah alternatif, apanya yang alternatif?
Menurut Bahruddin, alternatif yang ia maksud itu terutama adalah pendidikan berkualitas yang bisa terjangkau oleh semua orang, termasuk masyarakat miskin. Pendidikan berkualitas tidak harus serba mahal, yang hanya bisa dijangkau oleh anak-anak orang kaya.
Meski murah, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah bukan sekolah gratis. Ia meminta orangtua memberikan sumbangan untuk sekolah. Mereka bisa menyumbang berapa pun, bahkan nol sekalipun tidak masalah. Kenyataannya, ketika orangtua dibebaskan menentukan sumbangan, rata-rata mereka menyatakan kesanggupan menyumbang Rp 10.000 per bulan.

Pertanyaan yang menggelitik adalah bagaimana Bahruddin bisa menjalankan kegiatan sekolah alternatif ini?


Menurut Bahruddin, jumlah uang sumbangan sukarela dari para orangtua murid tadi kemudian digabung dengan subsidi yang diberikan kepada siswa SMP terbuka dari pemerintah sebesar Rp 20.000 per anak. Sementara akses internet diperoleh gratis dari pengusaha internet di Salatiga, Roy Budhianto.

Honor mengajar tiap guru ditetapkan Rp 25.000 per jam. Untuk dua kelas dengan jumlah 108 jam mengajar, harus dikeluarkan dana sejumlah Rp 2.700.000 per bulan.


Tidak ada lembaga dana yang dilibatkan untuk membiayai keberlangsungan sekolah ini. Bahruddin lebih suka menggunakan dana lokal sehingga ia memilih mengajukan bantuan anggaran melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Salatiga. Bahruddin menginginkan agar pemerintah membantu sekolah tersebut dengan pengadaan guru bantu, tetapi dengan cara mengangkat guru yang sudah bekerja di sekolah tersebut.


"Beban negara buat sekolah berkualitas sebenarnya tidak banyak," kata Bahruddin.
SECARA fisik dan konseptual, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah menyatu dengan alam sekitarnya. Tidak ada pagar yang membatasi sekolah dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada pintu gerbang yang digerendel ketika anak bersekolah.

Lingkungan alam di sekitarnya dipergunakan sebagai laboratorium belajar. Sebuah kompor biogas yang diolah dari kotoran hewan dan manusia terang-terangan dipertontonkan kepada siswa untuk memasak.


Meski setia mengikuti kurikulum nasional, SMP Alternatif Qaryah Thayyibah juga menekankan semangat pembebasan, kreativitas, dan keberpihakan kepada orang miskin. Guru dan siswa tidak ditempatkan dalam hubungan guru yang mengajar dan murid yang belajar, tetapi merupakan bagian dari sebuah tim.

Murid, guru, dan masyarakat desa dijalin dalam persahabatan. Orangtua yang menyekolahkan anak-anak di sekolah itu tiap bulan duduk bersama dengan guru dan pengelola sekolah untuk bertukar pikiran tentang penyelenggaraan sekolah.


"Kesatuan inilah yang akan membongkar citra bahwa sekolah itu dingin, tak berjiwa, birokratis, seragam, asing bagi kaum miskin di pedesaan, dan membosankan bagi guru dan siswa," kata Bahruddin.


Belajar dalam suasana yang menyenangkan merupakan cetak biru SMP Alternatif Qaryah Thayyibah. Menurut Bahruddin, ukuran keberhasilan pendidikan pertama-tama adalah bila anak senang belajar dan bisa belajar dengan senang. Karena itu, bila sekolah tidak bisa memberikan rasa nyaman, keberhasilan anak untuk belajar sudah terkurangi sampai 50 persen. Proses pembelajaran, kata Bahruddin, harus dibangun berdasarkan kegembiraan murid dan guru.

Dwi Nuryanti (26), guru Bahasa Inggris SMP Alternatif Qaryah Thayyibah, mengambil peran penting di sekolah tersebut. Ia yang mendesain materi yang diberikan dalam sesi English Morning, yang selalu menjadi kegiatan pembuka di sekolah tersebut.


Meski di desa, anak-anak tersebut dilatih untuk bisa mendengar, berbicara, membaca, dan mencoba menulis dalam bahasa Inggris. Bahkan anak-anak itu akan diperkenalkan dasar-dasar TOEFL. Target yang cukup ambisius itu tidak dirasakan sebagai beban oleh murid-muridnya karena semua dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Tiap hari Sabtu anak-anak diajak berdiskusi dalam bahasa Inggris di alam terbuka.

Satu keinginan masih dikejar Nuryanti. "Saya pengin sekali ada native speaker," katanya. (P Bambang Wisudo/Rien Kuntari).


Wednesday, February 27, 2008


Monday, February 18, 2008

KEMAJUAN EKONOMI CHINA, Tips from the Superpowers Pt. I

Distrik Pudong, Shanghai, China.

Ini adalah beberapa informasi paling kritikal tentang China, dan rahasia besar kemajuannya.

Laporan Howard French, New York Times, 2005

"China's Next Great Leap is To Be the Cleverest Country"

Howard French, New York Times / Sidney Morning Herald Australia, 29 Oktober, 2005. China berambisi menjadikan universitas-universitasnya yang terbaik di dunia, mengungguli MIT dan Harvard di Amerika dalam jangka waktu 1 dekade. 1.

Laporan Joseph Kahn, The New York Times, 2006

"China, Shy Giant, Shows Signs of Shedding Its False Modesty"

Kahn, The New York Times, 9 Desember, 2006. China mulai menunjukkan ambisinya untuk menjadi bangsa terkuat di dunia dengan meneliti secara intensif 9 bangsa terkuat dalam sejarah dunia. 2.3.

Program Modernisasi Deng Xiaoping, 1978

"4 Program Modernisasi China : Pertanian, Industri, Sains-Teknologi, Militer.”
Deng Xiaoping, Desember 1978. Program dirancang untuk menjadikan China sebagai kekuatan dunia di awal abad 21. 4.

Jeffrey Sachs, The End of Poverty, 2005

"Since 1978, China has been the world’s most successful economy… The basic reason is that much of the growth is catching up, specifically adopting the technologies of the leading innovative countries."
The End of Poverty, Sachs, 2005

Thomas L. Friedman, The World is Flat, 2006

"Saat ini di Cina, Bill Gates adalah Britney Spears. Di Amerika, Britney Spears adalah Britney Spears, dan itulah masalah kita."
Friedman, The World is Flat, 2006. Perbandingan antara anak-anak Cina dengan Amerika.

Konfusius, 500 SM

"Jika ingin kemakmuran 1 tahun, tumbuhkanlah benih.
Jika ingin kemakmuran 10 tahun, tumbuhkanlah pohon.
Jika ingin kemakmuran 100 tahun, tumbuhkanlah (didiklah) manusia".
Konfusius, 551 BCE – 479 BCE.


APA PERSAMAAN antara kebangkitan China dengan kebangkitan raksasa ekonomi Jepang sejak Restorasi Meiji? Coming soon..


Friday, December 28, 2007

RAMALAN JAYABAYA


Ramalan Jayabaya, Ratu Adil, dan Zaman Keemasan Indonesia.


RAMALAN JAYABAYA, adalah ramalan tentang keadaan Nusantara di suatu masa di masa datang. Dalam Ramalan Jayabaya itu dikatakan, akan datang satu masa penuh bencana.

Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang-guncang, laut dan sungai, akan meluap. Ini akan menjadi masa penuh penderitaan. Masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian. Masa orang-orang licik berkuasa, dan orang-orang baik akan tertindas. Tapi, setelah masa yang paling berat itu, akan datang jaman baru, jaman yang penuh kemegahan dan kemuliaan. Zaman Keemasan Nusantara. Dan jaman baru itu akan datang setelah datangnya sang Ratu Adil, atau Satria Piningit.

Ramalan Jayabaya ditulis ratusan tahun yang lalu, oleh seorang raja yang adil dan bijaksana di Mataram. Raja itu bernama
Prabu Jayabaya (1135-1159). Ramalannya kelihatannya begitu mengena dan bahkan masih diperhatikan banyak orang ratusan tahun setelah kematiannya. Bung Karno pun juga merasa perlu berkomentar tentang ramalan ini.

“Tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat ? Tak lain ialah karena hati rakyat yang menangis itu, tak habis-habisnya menunggu-nunggu, mengharap-harapkan datangnya pertolongan. Sebagaimana orang yang dalam kegelapan, tak berhenti-berhentinya menunggu-nunggu dan mengharap-harap “Kapan, kapankah Matahari terbit?”.

Sukarno, 1930, Indonesia Menggugat

Ramalan Jayabaya ini memang lumayan fenomenal, banyak ramalannya yang bisa ditafsirkan “mirip” keadaan sekarang. Diantaranya :

1. Datangnya bangsa berkulit pucat yang membawa tongkat yang bisa membunuh dari jauh dan bangsa berkulit kuning dari Utara ( jaman penjajahan ).

2. “kreto mlaku tampo jaran”, “Prau mlaku ing nduwur awang-awang”, kereta tanpa kuda dan perahu yang berlayar di atas awan (mobil dan pesawat terbang?)

3. Datangnya jaman penuh bencana di Nusantara (Lindu ping pitu sedino, lemah bengkah, Pagebluk rupo-rupo, gempa 7 x sehari, tanah pecah merekah, bencana macam-macam.

4. Dan ia bahkan (mungkin) juga meramalkan global warming, “Akeh udan salah mongso”, datangnya masa dimana hujan salah musim.

Nah, naik turunnya peradaban sebenarnya sudah banyak dianalisis, bahkan sejak ratusan tahun lalu. Diantaranya oleh Ibnu Khaldun (Muqaddimah, 1337, Wikipedia : Ibn Khaldun), Gibbon (Decline and Fall, 1776), Toynbee (A Study of History), atau Jared Diamond. Intinya sederhana. Manusia atau bangsa, bisa berubah. Manusia bisa lupa, dan sebaliknya juga bisa belajar. Bangsa bisa bangkit, hancur, dan bisa juga bangkit lagi.

Bagaimana dengan Satria Piningit ?
Banyak juga teori tentang manusia-manusia istimewa yang datang membawa perubahan. Di dunia, orang-orang itu sering disebut “Promethean”, diambil dari nama dewa Yunani Prometheus yang memberikan api (pencerahan) pada manusia. Toynbee menamakannya Creative Minorities. Tapi mereka bukan sekedar “manusia-manusia ajaib”, melainkan orang-orang yang memiliki kekuatan dahsyat, yaitu kekuatan ilmu, dan kecintaan pada bangsanya, sesama manusia, dan pada Tuhannya. Lihat misalnya berapa banyak hadis Nabi Muhammad tentang pentingnya ilmu. Dan perhatikan lanjutan pidato Bung Karno ini :

“Selama kaum intelek Bumiputra belum bisa mengemukakan keberatan-keberatan bangsanya, maka perbuatan-perbuatan yang mendahsyatkan itu (pemberontakan) adalah pelaksanaan yang sewajarnya dari kemarahan-kemarahan yang disimpan … terhadap usaha bodoh memerintah rakyat dengan tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh keinginan-keinginan dan kepentingan-kepentingan mereka…”


Satria piningit, adalah orang-orang yang peduli pada bangsanya, berilmu tinggi, dan telah memutuskan untuk berbuat sesuatu. Merekalah, dan hanya merekalah yang bisa melawan kehancuran, dan akhirnya membangkitkan peradaban.

Di jaman kegelapan, selalu ada saja orang yang belajar. Diantara banyak orang lupa, selalu ada saja orang baik. Bahkan walau cuma satu orang. Kadang, kerusakan itu justru membakar jiwanya untuk berbuat sesuatu. Belajar, Berjuang, Berkorban. Seperti Nabi Muhammad yang melihat bangsanya hancur, atau Sukarno yang melihat bangsanya diinjak-injak. Mereka lalu berjuang menyelamatkan bangsanya. Promethean, Ratu Adil yang mendatangkan zaman kebaikan.

Ramalan Jayabaya mungkin bisa dipahami secara ilmiah, bahwa manusia dan peradaban memang selalu bisa bangkit, hancur, dan bangkit lagi. Dan mungkin karena Jayabaya menyadari manusia bisa lupa, dia sengaja menulis ini sebagai peringatan agar manusia tidak lupa. Dan itulah satu tanda kearifan sang Prabu Jayabaya.

Mungkin, ini juga dorongan pada manusia agar selalu berbesar hati, optimis. Bahwa di saat yang paling berat sekalipun, suatu hari akhirnya akan datang juga Masa Kesadaran, Masa Kebangkitan Besar, Masa Keemasan Nusantara.

Percaya atau tidak ? Anda tidak perlu percaya, tidak perlu tidak percaya. Bagaimanapun ini adalah cerita yang penuh pesan. Belipit, Ornot.




Untuk detail Ramalan Jayabaya, lihat di sini, ”Ramalan Jayabaya II

"Civilizations arose in response to some set of challenges of extreme difficulty, when 'creative minorities' devised solutions that reoriented their entire society" (Wikipedia, Arnold J. Toynbee).

Okay, now back to 2008.

Saturday, December 8, 2007

Kenapa Bangsa Indonesia Dulu Sangat Unggul?


Tahukah Anda?

Ini adalah perbedaan besar antara anak SMU jaman Sukarno Hatta dengan anak SMU sekarang.
1. Di masa penjajahan Belanda, seorang anak SMU (HBS, Hogere Burger School) menguasai 4 bahasa sekaligus, Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman.
2. Selama tiga tahun masa sekolahnya diwajibkan membaca minimal 25 buku sastra kelas dunia dari 4 bahasa itu.
3. Mereka diwajibkan membuat sekurang-kurangnya 100 tulisan, baik ilmiah maupun karya sastra.

Lihat buku-buku besar bacaan Sukarno-Hatta waktu masih di HBS di file "Rahasia Keunggulan Para Tokoh Besar". Menguasai bahasa asing, seperti Inggris, berarti menguasai bahasa ilmu pengetahuan dunia. Menguasai 4 bahasa, berarti mempunyai akses dan menyerap ilmu pengetahuan besar jauh lebih banyak.

Bagaimana anak Indonesia sekarang?
Menurut budayawan Taufik Ismail (Kompas, 4 Desember 2007), anak-anak sekarang paling hanya membuat 1 tulisan setahun. Jumlah bacaannya pun sudah begitu sedikit, dan mungkin mereka tidak pernah sekalipun pernah membaca buku dalam bahasa Inggris, apalagi bahasa lainnya. Dan harga buku sekarang juga sangat mahal, selain itu akses pada buku-buku pengetahuan yang bagus pun sangat terbatas. Dan jangankan menguasai 4 bahasa sekaligus, 1 bahasa Inggris saja sekarang sudah pas-pasan.

Tahukah Anda ?
Salahsatu kunci Kebangkitan Eropa, Renaissance, adalah penemuan Mesin Cetak Gutenberg. Akibat Mesin Cetak ini, buku menjadi jauh lebih murah dan mudah didapat di seluruh Eropa. Apa hasilnya? Ini menciptakan terjadinya Revolusi Besar terhadap akses Eropa kepada seluruh pengetahuan terunggul dunia. Seluruh Eropa dilanda demam membaca, dan proses belajar serta kecerdasan Eropa akhirnya melampaui bangsa-bangsa lainnya. Eropa menguasai dunia.

Jepang di jaman kebangkitannya, Restorasi Meiji, mengimpor habis-habisan teknologi Revolusi Industri dari Barat (Eropa dan Amerika). Tapi sebelum itu, mereka mengimpor habis-habisan beragam buku tentang peradaban Barat, sejarah, proses pembelajaran, sains, dan teknologinya. Dengan pengetahuan yang luas, penyerapan teknologi baru di Jepang jauh lebih mudah. Mereka bahkan punya badan khusus untuk mempelajari buku-buku Barat, "Bansho Shiraibesho", Institut Penelitian Buku Asing.

Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada umat manusia adalah ilmu, yang kemudian terangkum, dalam sebuah buku.

Bagaimana dengan orang-orang terbesar dalam sejarah dunia? Alexander the Great, Napoleon Bonaparte, Kennedy, Leonardo da Vinci, Einstein, Andrew Carnegie, Bill Gates, darimana sumber kekuatan dan pengetahuan unggul mereka?

Jadi apakah kebangkitan peradaban semata-mata adalah kebangkitan pengetahuan manusianya? Dan itu bisa mulai dilakukan dengan masalisasi pengetahuan unggul, lewat buku?

Friday, November 16, 2007

The Superpowers II




"A Superpower, is a state with a leading position in the international system and the ability to influence events and project power on a worldwide scale."
(wikipedia.org)


4 bangsa terbesar di seluruh dunia :
1. China
2. India
3. Amerika Serikat
4. Indonesia

Amerika sudah berstatus world superpower. China dan India, sudah dipastikan akan segera menjadi bangsa superpower selanjutnya. Bangsa terbesar ke-4 dunia, Indonesia, masih belajar. Ketiga bangsa terbesar diatas sudah belajar selama ratusan tahun. Selama ratusan tahun mereka mengalami masa-masa yang paling berat. Tapi begitu mereka belajar, mereka langsung bangkit menjadi kekuatan raksasa.

Bangsa-bangsa kecil dan menengah, Singapura misalnya, dan negara-negara Eropa, bila mereka sudah belajar dengan sungguh-sungguh akan menjadi bangsa yang maju dan makmur. Tapi bangsa-bangsa -terbesar- di dunia, ketika sudah saatnya mereka belajar, mereka tidak hanya akan jadi sebuah bangsa maju. Mereka akan menjadi sebuah kekuatan besar dunia, A Superpower.

Ketika jaman Sukarno, bangsa Indonesia menjadi salahsatu kekuatan politik global terbesar di dunia. Bahkan Amerika, Sovyet, dan China sangat menghormati kekuatan Indonesia. Presiden Kennedy sampai mengadakan upacara kenegaraan khusus di bandara waktu menyambut kedatangan Sukarno di Amerika, April 1961. Dan Sukarno, adalah salahsatu pemimpin dunia pertama yang diundang Kennedy setelah pelantikannya menjadi presiden 20 Januari '61. Negara-negara tetangga Indonesia saat itu adalah kekuatan kecil yang tidak terlalu signifikan. Padahal, saat itu Indonesia adalah juga salahsatu bangsa termiskin di dunia.
Bayangkan ini :
Bayangkan kekuatan Indonesia saat itu seandainya kita juga sudah mempunyai ekonomi yang kuat!

Di jaman Suharto, karena akselerasi ekonominya yang begitu dahsyat, Indonesia pernah dinobatkan sebagai salahsatu calon kuat Asian Tiger. Pertumbuhan ekonominya pun pernah nyaris mencapai 8% menjelang 1997. Investasi global mengalir ke Indonesia, badan-badan ekonomi dunia, IMF, World Bank, memuji-muji kemajuan Indonesia. Padahal, saat itu Indonesia juga adalah negara terkorup di dunia.
Bayangkan ini :
Bayangkan seandainya korupsi benar-benar diminimalisir, seberapa cepat lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat itu? 9 persen? 10 persen? Jika ini sudah dilakukan 10 tahun yang lalu, Indonesia sekarang sudah menjadi salahsatu kekuatan ekonomi terbesar dunia, negara super kaya dan makmur, seperti China sekarang.
Amerika, China dan India sudah belajar.
Indonesia, bangsa ke 4 terbesar di dunia, masih belajar.

"Suatu hari nanti, Indonesia, akan menjadi mercusuar bagi seluruh dunia!"
Presiden Pertama Indonesia, Soekarno


(Jadi, bagaimana sebuah Bangsa Super dibangun?
Anda bisa mulai dengan mempelajari proses pembentukan bangsa-bangsa terunggul di dunia. Dan bagaimana China belajar menjadi bangsa Superpower? Lihat file "The Superpowers I").




Saturday, August 4, 2007

Manusia-manusia Unggul, dan Keunggulan Ekonomi



Semua Kebangkitan Besar ekonomi dunia. Kemajuan Eropa masa Renaissance, Revolusi Industri Inggris dan Amerika, Restorasi Meiji dan keajaiban ekonomi Jepang pasca Perang Dunia II, kemajuan Korea Selatan, Singapura, lalu kebangkitan ekonomi China dan India. Ada beberapa hal penting yang mungkin perlu dipikirkan kembali oleh para pakar ekonomi kita. Ini adalah beberapa pendapat para pemikir penting dunia.


"The Japanese have constructed a future oriented, people centered, dynamic form of capitalism which is demonstrably more successful than anything seen in America for the last twenty years. They have done this because they were smart, patient, they worked together, and they responded to the precious stimulus of adversity."
FRANK GIBNEY, Miracle By Design, Some Lessons for Americans (bag. kesimpulan), 1982, tentang keajaiban ekonomi Jepang.

"Sementara Amerika sibuk menciptakan pengacara, kami lebih sibuk menciptakan lulusan fakultas teknik... Jepang memproduksi 4 kali jumlah insinyur dibanding Amerika."
AKIO MORITA, Made In Japan, 1989.

"... the statistical techniques involved in statistical process control, which can be understood by most Japanese high school graduates, are mistery to many American college graduates."
MICHAEL PORTER, The Competitive Advantages of Nations, 1990, tentang kenapa Amerika bisa dikalahkan oleh Jepang.

"Britain declined because of growing disadvantages in each part of the "diamond." Most significant in my judgment have been weaknesses in human resources, low motivation, the lack of rivalry, and eroding demand condition."
The Competitive Advantage of Nations, The Slide of Britain, tentang kemunduran Inggris sejak pasca Perang Dunia II.

"If we are to remain preeminent in transforming knowledge into economic value, the U.S. system of higher education must remain -the world’s leader- in generating scientific and technological breakthroughs and in preparing workers to meet the evolving demands for skilled labor."
Chairman Federal Reserve, ALAN GREENSPAN, 2000, satu point yang berulang kali ditekankan oleh Greenspan (baca juga The Greenspan Effect)

"Saat ini di Cina, Bill Gates adalah Britney Spears. Di Amerika, Britney Spears adalah Britney Spears, dan itulah masalah kita."
THOMAS L. FRIEDMAN, The World is Flat, 2006, tentang kenapa China juga akan segera mengejar Amerika.

"An organization's ability to learn, and translate that learning into action rapidly, is the ultimate competitive advantage"
JACK WELCH, Mantan pemimpin GE, "The Manager of the Century"

"Poor country have economically backward populations in the sense that the quality of the people as productive agents are low... Particular manifestations of this are low labor efficiency, factor immobility, limited specialization in occupations and in trade, lack of entrepreneurship, economic ignorance, and a value structure and social structure that minimize the incentives for economic change."
MEIER, BALDWIN, "Economic Development" - Basic Characterisitic of Poor Country - Backwardness.


Bagaimana dengan sang Bapak Ekonomi Dunia?


"The difference between the most dissimilar characters, between a philosopher and a common street porter, for example, seems to arise not so much from nature, as from habit, custom, and education."
ADAM SMITH, The Wealth of Nations, Buku I, Bab 2. Adam Smith selalu menentang campur tangan pemerintah, tapi dia justru mendorong campur tangan pemerintah dalam satu bidang. Pendidikan.

"An instructed and intelligent people besides are always more decent and orderly than an ignorant and stupid one. They feel themselves, each individually, more respectable, and more likely to obtain the respect of their lawful superiors, and they are therefore more disposed to respect those superiors. They areless apt to be misled into any wanton or unnecessary opposition to the measures of government."
The Wealth of Nations, Buku V, Bab 1.

"Knowledge is Power"
FRANCIS BACON, salahsatu pencetus Revolusi besar Sains di Inggris yang berlanjut ke Revolusi Industri dan menjadikan Inggris bangsa penguasa dunia.

Beberapa tambahan dari keajaiban ekonomi Jepang,
dari sejak Restorasi Meiji dan setelah Perang Dunia II.


"Education, was a tool of the state to be used to turn out obedient, loyal, reliable subjects who could serve as the basis for the creation of a modern, powerful nation, second to none."
NICHOLAS HAIDUCEK, Japanese Education Made in USA.

"Tuhan tidak menciptakan manusia yang satu lebih rendah atau lebih tinggi dari yang lainnya. Semua manusia pasti diciptakan sama... Yang membedakan nantinya antara yang pintar dan yang bodoh, pada hakikatnya semata–mata adalah pendidikan... Hanya orang–orang yang belajar dengan sebaik–baiknya sehingga ia memiliki pengetahuan yang hebat yang akan menjadi mulia dan sejahtera, sedangkan yang sebaliknya akan menjadi lemah dan serba berkekurangan."
YUKICHI FUKUZAWA, salahsatu tokoh besar Restorasi Meiji, saat kebangkitan Jepang dari bangsa terbelakang menjadi negara maju.

TIDAK ADA EKONOMI yang sukses dan stabil, selama manusianya tidak terbangun dengan baik. Bila manusianya unggul, bahkan walau sumberdaya lainnya nyaris tidak ada (SDA, Singapura, Jepang), bangsa itu bisa sangat kuat dan sejahtera. Manusia unggul = ekonomi unggul. Manusia terbelakang = ekonomi terbelakang. Adam Smith, Keynes, atau Greenspan, mereka semua pasti akan setuju pada yang satu ini. Sekali lagi perhatikan sejarah kemajuan Eropa masa Renaisans, Revolusi Industri Inggris, keajaiban Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, lalu kebangkitan China dan India sekarang.

Tapi bayangkan ini. Singapura yang begitu kecil dan tanpa sumberdaya alam saja bisa kaya raya. Bayangkan bila sebuah bangsa mempunyai ratusan juta manusia unggul, dan sekaligus alam yang sangat kaya (pertanyaan selanjutnya: "Apa Rahasia dari para Economic Superpowers?").

Monday, July 23, 2007

THE SUPERPOWERS I


Bangsa-Bangsa Terunggul di Dunia.

13–24 November 2006. Televisi pusat China CCTV menayangkan program dokumenter 12 episode berjudul "The Rise of the Great Powers." Program ini membahas 9 bangsa terkuat dalam sejarah dunia:
1. Portugis
2. Spanyol
3. Belanda
4. Inggris
5. Prancis
6. Jerman
7. Jepang
8. Rusia
9. Amerika.
Ini adalah hasil penelitian ekstensif ahli-ahli sejarah utama Cina, disertai rangkuman pendapat para intelektual dunia, dari Paul Kennedy (penulis buku terkenal "The Rise and Fall of the Great Powers"), sampai Joseph E. Stiglitz, salahsatu pemenang Nobel ekonomi. Penelitian besar-besaran ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas satu hal, bagaimana cara agar sebuah bangsa bisa menjadi bangsa terunggul di dunia.

Kenapa masih ada saja bangsa-bangsa yang tertinggal dan miskin sementara kita semua bisa belajar dari bangsa-bangsa lain? Bahkan dari bangsa-bangsa terunggul dalam sejarah umat manusia? para Superpowers?
Apa itu bangsa Superpower? Siapa saja mereka? Bagaimana cara mereka bisa menjadi Superpower? Bagaimana sejarahnya? Kapan awal kebangkitannya? Siapakah pemimpin-pemimpin terbesarnya? Apa tantangan-tantangan terbesar yang harus mereka hadapi, dan bagaimana mereka mengatasinya? Apa yang dilakukan para pemimpinnya? Faktor-faktor apa yang dianggap paling signifikan dalam mendorong kemajuan mereka?
Apa inti kehebatan mereka?

Beberapa referensi penting:
Michael Porter, "Competitive Advantage of Nations", 1990.
Robert C. Christopher, "The Japaneses Mind, The Goliath Explained", 1983.
Frank Gibney, "Japan: the Fragile Superpower", 1996.
Toffler, Alvin and Heidy, "Revolutionary Wealth", 2006
HG Wells, "Outline of History", 1931.
Friedman, "The World is Flat" (untuk trend terbaru abad 21), 2006, dan
Sachs, "The End of Poverty" (terutama kebangkitan Cina dan India).
Paul Kennedy, "The Rise and Fall of Great Powers".
T Harry Williams, Richard N. Current, Frank Freidel, "A History of the United States (Since 1785)".
Imperium III.

ZAMAN KEBANGKITAN BESAR II





“et ipsa Scientia, Potestas est”
Francis Bacon, 1597.



Desember 2006.

New York Times melaporkan televisi pusat Cina, CCTV, mulai menayangkan program dokumenter berjudul “The Rise of Great Powers”. Program ini menganalisis 9 bangsa terkuat dalam sejarah dunia, dari era Portugis-Spanyol, sampai Amerika dan Jepang. Ini adalah hasil riset para ahli sejarah Cina, termasuk rangkuman opini para intelektual dunia dari Paul Kennedy (“Rise and Fall of Great Powers”) sampai Stiglitz (peraih Nobel ekonomi).1 Beberapa waktu yang lalu Cina masih terbelakang. Sekarang mereka ingin menjadi yang terunggul di dunia.

Abad 15, 500 tahun yang lalu, Eropa berubah dari bangsa-bangsa terbelakang menjadi peradaban unggul, Renaissance. Sampai abad 16, Inggris masih kacau balau, bahkan sempat dipecundangi gadis dusun dari Prancis, Jeanne d’Arc. Lalu peristiwa besar terjadi. Francis Bacon mengeluarkan “petuah dahsyatnya”, et ipsa Scientia Potestas est (Meditationes Sacræ, De Hæresibus, 1597). Atas dasar ini Inggris berubah menjadi penguasa dunia. 1868, Jepang yang terbelakang akibat politik isolasi Tokugawa, bangkit di era Restorasi Meiji (Meiji Ishin).

Indonesia menjelang akhir abad 19, Kartini, yang umurnya baru 20 tahun, dengan pemikirannya yang tajam memicu reaksi berantai di negeri Belanda dan tanah Nusantara. (Kartini;Biografi, Sitisoemandari). Politik Etis dijalankan. Manusia-manusia unggul mulai bermunculan. Berikutnya muncul Wahidin Sudirohusodo, Soetomo, Tjokroaminoto, lalu Sukarno-Hatta. Het wonder is geschied, Keajaiban terjadi. Indonesia bangkit menjadi salahsatu bangsa terbesar, dan paling kompleks dalam sejarah manusia.

Kebangkitan Besar telah banyak terjadi dalam sejarah dunia, juga Indonesia. Apa yang terjadi di sana? Apa kunci Renaissance, kemajuan Inggris, Restorasi Meiji, dan Kebangkitan Nasional Indonesia?

Inti Kebangkitan Sudah Diketahui

Kita tentu bisa melihat sejarah semua bangsa-bangsa besar. Proses Kebangkitan mereka. Ribuan buku juga telah ditulis tentang esensi dari kemajuan peradaban/bangsa. Sejak Gibbon (Decline and Fall, 1776), pertanyaan kenapa sebuah bangsa bisa bangkit, maju atau mundur menjadi populer. Toynbee (A Study of History) mengemukakan konsep challenge-response dan minoritas kreatif.

Ada yang membahasnya dari sisi ekonomi seperti Adam Smith, atau Porter (Competitive Advantage of Nations), ada juga Stiglitz dan Sachs. Kemajuan berdasarkan teknologi dipaparkan Jared Diamond, “Guns, Germs, and Steel”, atau Friedman (The World is Flat). Dari sisi social capital ada Francis Fukuyama (Trust) atau “Culture Matters” (Harrison/Huntington). Banyak yang spesifik membahas satu bangsa tertentu, “keajaiban” Jepang misalnya. Tapi semuanya hanya akan bersumber dari satu hal.

Bahkan Kartini pun sudah tahu apa rahasia Kebangkitan bangsa, begitu pula Sukarno-Hatta. Bukankah kemudian Indonesia bangkit menjadi bangsa besar?

Kesamaan Kebangkitan Dunia, dan Indonesia

Renaisans adalah era dimulainya transfer besar-besaran ilmu klasik Yunani dari Andalusia dan Konstantinopel. Seluruh Eropa belajar, dan bangkit. Skalanya makin revolusioner saat penemuan Mesin Cetak Gutenberg. Et ipsa scientia potestas est bermakna Pengetahuan adalah Kekuatan. Inggris mengembangkan sains sebesar-besarnya untuk mengalahkan para pesaingnya saat itu, Spanyol, Belanda, dan Prancis. Terjadilah Revolusi besar Sains dan Industri Inggris.

Semboyan terbesar Restorasi Meiji adalah Wakon Yosai, “Semangat Jepang - Pengetahuan Barat”. Bahkan dalam Meiji Charter Oath dinyatakan, “Pengetahuan akan dicari ke seluruh penjuru dunia dan dasar-dasar kekuasaan kekaisaran akan diperkuat”. Jepang belajar bukan untuk maju, mereka ingin mengalahkan Barat (Haiducek, Japanese Education, 1991).2

Kartini menyatakan “Pendidikan, sekali lagi Pendidikan adalah jalan keluar bagi semua masalah dan kesengsaraan bangsa.” Ia tahu Belanda sengaja menelantarkan pendidikan karena itulah kunci utama untuk melemahkan sebuah bangsa.3 Visinya begitu tajam hingga bahkan penasehat ahli Menteri Belanda, Mr. Slingenberg perlu meminta pendapatnya untuk menjalankan Politik Etis. (Lihat visi besar Kartini dari “Kartini;Biografi”, karya Sitisoemandari Soeroto, tidak dari “Habis Gelap Terbitlah Terang”).

Sukarno kembali menunjukkan bahwa yang mampu melepaskan bangsa dari jerat imperialisme hanyalah pendidikan unggul yang mampu membangkit-bangkitkan semangat, energi, dan kegagahan rakyat yang dahsyat. (Indonesia Menggugat, 1930, Kontra Kemunduran, Kontra Dekadensi Akal Budi).4 Pembelajaran yang unggul ini lalu juga dibakar oleh keinginan untuk merdeka, menghasilkan daya belajar yang dahsyat. Indonesia Merdeka, 17 Agustus 1945.

Kebangkitan Besar Indonesia II

Semua Kebangkitan Besar berujung pada satu hal. Revolusi pembelajaran berskala masif dalam kualitas dan intensitas yang tinggi yang akan menciptakan berjuta-juta manusia unggul. Belajar, akan menjadi fokus utama dari seluruh upaya bangsa itu, semua pemimpin dan rakyatnya.

Kadang revolusi besar ini dipicu oleh beberapa “manusia istimewa” (creative minority, promethean5). Tapi mereka bukanlah Ratu Adil yang “turun dari langit”, melainkan hasil akumulasi pembelajaran bangsa itu akhirnya mengkristal, termasuk pembelajaran tokoh-tokoh sebelumnya6 (seperti Sukarno–Tjokroaminoto-Samanhoedi).

Tantangan kritis yang terjadi (Golden Means, Toynbee, biasanya ancaman terhadap bangsanya) justru mempertajam kepekaan sosial mereka dan mendorongnya untuk belajar dan berjuang habis-habisan, bahkan dalam skala yang heroik. Mereka lalu berjuang mentransfer segala ilmu, budaya dan kinerja unggul mereka kepada seluruh bangsanya.

Hasilnya, sebuah masyarakat baru yang berpengetahuan tinggi, kreatif, memiliki optimisme baru, mampu merespons tantangan, memanfaatkan teknologi, mempunyai keeratan sosial dan daya juang yang unggul. Energinya begitu dahsyat, tidak saja 1001 masalah yang tadinya terkunci rapat akan mulai terurai, tapi bangsa itu juga akan mulai mengalahkan bangsa-bangsa lainnya.

Inilah inti Kebangkitan Besar Peradaban. Dan hanya dari proses besar inilah Kebangkitan akan terjadi. Cara memulainya mudah, semua peradaban besar belajar dari proses Kebangkitan peradaban besar lainnya dan kebesarannya di masa lalu, seperti China diatas. Lalu proses belajar unggulnya diakselerasikan sampai akhirnya jumlah dan kualitas manusia-manusia unggul akan mencapai titik kritisnya, Critical Mass.

Dan seperti semua peradaban besar lainnya, bangsa Indonesia juga akan belajar, termasuk dari jaman kegelapannya. Kita dulu pernah mengalami Kebangkitan Besar (1908). Sekarang kita bisa mulai kembali belajar darinya, juga kebangkitan bangsa-bangsa besar lain, Barat, Jepang, Cina. Kita juga belajar dari Singapura, Malaysia, Korea Selatan, India. Dan satu hal penting. Bila kita dapatkan esensi semuanya, bukan tidak mungkin kebangkitan yang akan datang bahkan akan lebih besar dari sebelumnya. Sebuah Zaman Baru.

Inilah saatnya Indonesia mengulangi proses pembelajaran besarnya. Bangkitlah Indonesia, inilah saatnya Kebangkitan Besar kita.

Eko Laksono
20 Juli 2007





Referensi dan catatan:

1. Kahn, Joseph, "China, Shy Giant, Shows Signs Of Shedding Its False Modesty.", New York Times, 9 Dec. 2006.

2. Japanese Education Made in USA, Nicholas Haiducek, Praeger Publishers, 1991, hal 19.
“Education was a tool of the state to be used to turn out obedient, loyal, reliable subjects who could serve as the basis for the creation of a modern, powerful nation, second to none.”

3. Kartini sebuah Biografi, Sitisoemandari Soeroto, Djambatan, 2001, Hal 124
“Pendidikan sekali lagi Pendidikan oleh Kartini dianggap sebagai sebagai jalan keluar dari semua masalah bangsa… Kartini menyadari Belanda dengan sengaja menelantarkan pendidikan rakyat, agar rakyat tetap mau menggarap sawah dan tetap mau bilang “nun inggih” pada tiap perintah yang diberikan padanya… Pemerintah Hindia Belanda hanya bertindak sesuai dengan watak setiap kolonialis, yaitu membiarkan rakyat jajahannya berdegenerasi menjadi bodoh dan melarat, supaya dapat dijajah selama-lamanya. Lebih baik jangan dibuat pandai! Bangsa yang bodoh dan melarat dapat lebih mudah dikuasai daripada bangsa yang terdidik dan berpengetahuan tinggi.”

4. Indonesia Menggugat (1930), Bung Karno, Gunung Agung 2001, hal 128-129
“… maka rakyat kami (oleh kaum imperialis) dibikin rakyat yang ‘hidup kecil’ dan ‘nrima’, rendah pengetahuannya, lembek kemauan­nya, sedikit nafsu-nafsunya, padam kegagahannya, rakyat ‘kambing’ yang bodoh dan mati energinya…Kami, kaum PNI, mencoba memberantas penyakit ini dengan mengadakan lebih banyak pendidikan rakyat, menyokong sekolah-sekolah rakyat, mengurangi buta huruf di kalangan rakyat. Kami mencoba membangkit-bangkitkan dan membesar-besarkan kemauan rakyat akan nasib yang lebih memper-nasib manusia, menyalakan lebih banyak nafsu-nafsu di dalam kalbu rakyat. Kami berusaha menghidup-hidupkan lagi kegagahan rakyat, tenaga kemauan rakyat, energi rakyat sebagai sediakala, -rakyat yang kini ‘sudah mati kutunya itu’ … Energi rakyat inilah salah satu urat saraf pembentukan kekuasaan kami, -salah satu urat saraf penolak daya imperialisme, tetapi terutama sekali ialah urat saraf pendorong rakyat ke depan.”

5. Prometheus adalah Dewa yang memberikan kemampuan membuat api kepada umat manusia. Api adalah lambang kemampuan menciptakan sesuatu, teknologi. Api ini dicuri dari Zeus karena kepedulian Prometheus pada umat manusia dan karena Zeus sendiri tidak akan mau memberikan “kekuatan dewa” itu kepada manusia. Promethean adalah sebutan bagi manusia-manusia kreatif dan pemberani yang membawa pencerahan bagi orang lain.

6. Arnold J. Toynbee, A Study of History, Dell Publishing, New York, 1965, hal 606, The Creative Genius as a Saviour. Bahkan dalam zaman kehancuran manusia-manusia kreatif akan terus ada dan saling mempengaruhi satu sama lain.

“That the action which is an act of creation is always performed by a soul which is in some sense a superhuman genius… And that the action of the genius upon souls of common clay operates usually through the second-best expedient of a kind of social drill which enlists the faculty of mimesis (or imitation) in the souls of the uncreative rank and file and thereby enables them to perform “mechanically” an evolution, which they could not have performed on their own initiatives.”

“the change from growth to disintegration is not accompanied by any extinction of the creative spark. Creative personalities continue to arise...”.

“In primitive societies, mimesis is directed towards dead ancestors who stand, unseen but not unfelt, at the back of the living elders, reinforcing former prestige. On the other hand, in societies in process towards civilization, mimesis is directed towards creative personalities who command a following because they are pioneers. In such societies, the “cake of custom,” as W.H. Bagehot called it in his Physics and Politics, is broken.”


Catatan tambahan:

Adam Smith dikenal karena menolak segala bentuk campur tangan negara dalam perekonomian. Bahwa campur tangan negara akan selalu merugikan. Tapi dia justru sebaliknya mendorong campur tangan pemerintah dalam satu hal. Pendidikan. Baca “Wealth of Nations”:

Buku V, Bab 1, Bagian 3: Of the Expense of Public Works and Public Institutions.
“An instructed and intelligent people, besides, are always more decent and orderly than an ignorant and stupid one. They feel themselves, each individually, more respectable and more likely to obtain the respect of their lawful superiors, and they are therefore more disposed to respect those superiors. They are more disposed to examine, and more capable of seeing through, the interested complaints of faction and sedition, and they are, upon that account, less apt to be misled into any wanton or unnecessary opposition to the measures of government. In free countries, where the safety of government depends very much upon the favourable judgment which the people may form of its conduct, it must surely be of the highest importance that they should not be disposed to judge rashly or capriciously concerning it.”

Buku I, Bab 2
“The difference between the most dissimilar characters, between a philosopher and a common street porter, for example, seems to arise not so much from nature as from habit, custom, and education.”


Sunday, July 8, 2007

Ide Orang-orang Besar Dunia Tentang Ilmu, Pembelajaran, dan Peradaban



"Carilah ilmu sampai ke negeri Cina"
Nabi Muhammad Saw. (570-632)

"Jika ingin kemakmuran 1 tahun, tumbuhkanlah benih.
Jika ingin kemakmuran 10 tahun, tumbuhkanlah pohon.
Jika ingin kemakmuran 100 tahun, tumbuhkanlah (didiklah) manusia."
Konfusius ( 551 SM-479 SM ), Cina.

"Yang memungkinkan penguasa yang bijak serta jenderal yang baik untuk menyerang dan menguasai serta mencapai semua hal di luar kemampuan orang biasa,
adalah mengetahui lebih banyak."
Sun Tzu (abad 6 SM), The Art of War.

"Knowledge is Power."
Francis Bacon (1561-1626), Inggris.

"The difference between the most dissimilar characters, between a philosopher and a common street porter, for example, seems to arise not so much from nature,
as from habit, custom, and education."
Adam Smith, "The Wealth of Nations", Buku I, Bab 2

"Jika sebuah bangsa terbelakang ilmunya, tapi memimpikan kebebasan,maka ia mengharapkan apa yang tidak pernah ada,dan tidak akan pernah ada."
Thomas Jefferson (1743-1826), Amerika

"Pengetahuan akan dicari ke seluruh penjuru dunia dan dasar-dasar
kekuasaan kekaisaran akan diperkuat."
Meiji Charter Oath (1868), Meiji, Jepang.

"In its broad sense, civilization means not only comfort in daily necessities but also the refining of knowledge and the cultivation of virtue so as to elevate human life to a higher plane. [...] [Thus] it refers to the attainment of both material well-being and the elevation of the human spirit, [but] since what produces man’s well-being and refinement is knowledge and virtue, civilization ultimately means the progress of man’s knowledge and virtue"
Yukichi Fukuzawa, salahsatu tokoh terpenting dalam Restorasi Meiji
yang membangkitkan Jepang.

"Human history becomes more and more a race,
between education, and catastrophe"
H. G. Wells, 'Outline of History'

"An organization’s ability to learn, and translate that learning into action rapidly,
is the ultimate competitive advantage."
Jack Welch, The Manager of the Century,(1935- ), Amerika.

"Pendidikan, sekali lagi pendidikan oleh Kartini dianggap paling penting sebagai
jalan keluar dari semua masalah dan kesengsaraan bangsa. Kartini menyadari Belanda memang sengaja menelantarkan pendidikan rakyat agar rakyat tetap mau menggarap sawah dan tetap mau bilang ‘nun inggih’ pada setiap perintah yang diberikan kepadanya. Pemerintah Hindia Belanda hanya bertindak sesuai dengan watak setiap kolonialis, yaitu membiarkan rakyat jajahannya berdegenerasi menjadi bodoh dan melarat supaya bisa dijajah selama-lamanya. Lebih baik jangan dibuat pandai!
Bangsa yang bodoh dan melarat dapat lebih mudah dikuasai daripada bangsa yang terdidik dan berpengetahuan tinggi."
R.A Kartini,
dikutip dari karya Sitisoemandari Soeroto, "Kartini Sebuah Biografi"

"… maka rakyat kami (oleh kaum imperialis) dibikin rakyat yang ‘hidup kecil’ dan ‘nrima’, rendah pengetahuannya, lembek kemauannya, sedikit nafsu-nafsunya, padam kegagahannya, rakyat ‘kambing’ yang bodoh dan mati energinya.Kami, kaum PNI, kami mencoba memberantas penyakit ini dengan mengadakan lebih banyak pendidikan rakyat, menyokong sekolah-sekolah rakyat, mengurangi buta huruf di kalangan rakyat. Kami mencoba membangkit-bangkitkan dan membesar-besarkan kemauan rakyat akan nasib yang lebih memper-nasib manusia, menyalakan lebih banyak nafsu-nafsu di dalam kalbu rakyat. Kami berusaha menghidup-hidupkan lagi kegagahan rakyat, tenaga kemauan rakyat, energi rakyat sebagai sediakala, -rakyat yang kini ‘sudah mati kutunya itu’ …Energi rakyat inilah salah satu urat saraf pembentukan kekuasaan kami, -salah satu urat saraf penolak daya imperialisme, tetapi terutama sekali ialah urat saraf pendorong rakyat ke depan."
Sukarno, Bapak Bangsa Indonesia
"Indonesia Menggugat", Kontra Kemunduran, yakni Kontra Dekadensi Akal Budi.

Friday, July 6, 2007

Tentang IMPERIUM III: Zaman Kebangkitan Besar

Imperium III : Zaman Kebangkitan Besar
The new super edition, 550 pages.

Imperium III,
adalah ide tentang bangsa-bangsa terunggul, dan manusia-manusia terbesar di dunia.

Pertama, bagaimana bangsa-bangsa terunggul di dunia diciptakan, sejarahnya, titik kebangkitannya, dan masa saat mereka menguasai dunia. Kedua, bagaimana manusia-manusia terunggul di dunia diciptakan, para pemimpin terbesar, orang-orang paling genius, serta pengusaha-pengusaha terkaya di dunia. Intinya adalah menemukan rahasia menciptakan peradaban dan manusia-manusia terunggul di dunia.

Kisahnya merentang sepanjang lebih dari 1 milenia, dari peradaban Islam sampai Superpower Amerika dan "keajaiban" ekonomi Jepang. Dari zaman jahiliyah sampai era information technology. Dari Nabi Muhammad sampai John F. Kennedy. Dari Leonardo da Vinci, Newton, sampai Einstein. Dari Rockeffeler sampai Bill Gates dan Jack Welch. Dari Mesin Cetak, sampai Wikipedia.

Ide ini dirangkai oleh Eko Laksono, bukan orang besar, hanya seorang manusia biasa, yang sedang belajar. Mungkin bila saya, Anda dan nanti banyak lagi orang mulai belajar, maka dunia akan berubah. Seperti peradaban-peradaban besar lainnya ketika mereka mulai belajar. Renaissance Italia, Revolusi Sains Inggris, Restorasi Meiji (Meiji Ishin) Jepang, dan tentu saja, Kebangkitan Nasional Indonesia 1908. Mungkin nanti, bila waktunya telah tiba, sesuatu yang besar akan terjadi lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar